Tayup tradisi budaya warga Bojonegoro
15 November 2009
Add Comment
Sinder/Ledek adalah merupakan budaya pergaulan tradisional masyarakat Jawa, kesenian ini sangat populer bagi masyarakat Bojonegoro dan sekitarnya, selain mempunyai ciri khas tersendiri, seni tayub ini bisa memberikan hiburan segar bagi para penontonnya, animo masyarakat untuk menonton hiburan ini sungguh luar biasa, dibanding dengan hiburan kesenian yang lainnya.
Tarian ini biasanya dilakukan oleh para Pria dengan diiringi gamelan dengan tembang jawa yang dilantunkan oleh para Waranggono, yang syair-syairnya biasanya sarat dengan petuah dan ajaran.Para penabuh gamelan ini juga memakai pakaian-pakaian resmi ala Jawa, sedangkan Waranggononya biasanya berdandan khas Jawa dengan aroma yang semerbak, sehingga para penari yang umumnya kaum lelaki, terkadang melempar senyum kearah Waranggono agar mendapat perhatian.
Pertunjukan seni tayub ini biasanya banyak dipergunakan untuk meramaikan kegiatan hajatan atau nyadran (bersih desa).Pertunjukan ini biasanya memulai pentasnya dari jam 1 siang sampai jam 5 sore, terus dilanjutkan dari jam 9 malam sampai jam 4 pagi, tergantung acara dan kesepakatan oleh pihak-pihak tertentu.Sedangkan aturan-aturan dalam menari dibagi / diatur oleh seseorang Pramugari, pengaturan penari dilihat dari banyaknya orang yang akan ikut menari serta luasnya tempat / arena untuk menari.
Dalam acara seni tayub biasanya Sang Pramugari sudah mengatur tempat / meja untuk para calon penari dan dari masing-masing tempat / meja akan diberi nomer, sehingga bila ada Penari yang datangnya belakang akan mencari tempat yang masih kosong, dan biasanya para Penari / Pengebeng akan datang secara berkelompok. Untuk masing-masing kelompok Penari / Pengebeng setelah tiba giliran sang Waranggono akan menjemput Penari tersebut atas arahan sang Pramugari, kelompok mana yang mendapat giliran dan Waranggono akan duduk bersanding dengan orang yang ditunjukkan ( istilahnya ketiban sampur dalam kelompok itu ).
Dalam aturan main sang Penari akan berdiri berjejer dalam 2 kelompok / baris berhadap-hadapan sedangkan Waranggono dalam melantunkan tembang akan ambil posisi di tengah-tengah para Penari / Pengebeng tersebut. Lamanya menari di tentukan juga oleh Pramugari, berapa tembang yang harus di bawakan oleh Waranggono, untuk masing-masing kelompok akan mendapat bagian dan perlakuan yang sama sedangkan tembang dalam mengadakan kegiatannya, tarian tayub ini sudah terkoordinasi dalam suatu kelompok tertentu dengan nama khas masing-masing.Dalam pementasannya biasanya ada 2 sampai 5 Waranggono yang ikut dalam pementasan, tapi juga terkadang lebih dari itu tergantung permintaan yang punya hajat / pihak penyelenggara acara.Seni tayub ini khususnya di Bojonegoro paling banyak terdapat di Kecamatan Temayang, Bobolan, dan Kecamatan Ngasem.Yang tempatnya terletak di sekitar 30 km dari Kecamatan Kota Bojonegoro.
Untuk menjaga kelestarian serta untuk memajukan seni tayub yang ada di Bojonegoro, pihak Dewan Kesenian Bojonegoro ( DKB ) telah bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bojonegoro untuk bersama-sama ikut membimbing dan mengarahkan serta memotifasi perkembangan Kesenian khususnya Seni Tayub ini, agar bisa berkembang seiring dengan kemajuan Zaman yang serba Modern.
0 Response to "Tayup tradisi budaya warga Bojonegoro"
Posting Komentar